Senin, 12 Desember 2011

kajian puisi puisi “Cintaku Jauh Di Pulau”karya Chairil Anwar

Nama : Anita Indriana

Nim : 0906606

Tugas : kajian puisi

1.     Latar Belakang

Puisi terlahir dari setiap makna yang tersembunyi dalam setiap kata-kata yang terangkai di dalamnya. Dalam memahami makna puisi tidaklah dengan tiba-tiba melainkan melalui proses yang panjang. Dalam melihat karya sastra, makna tersebut akan muncul ketika pembaca telah memberikan makna pada karya sastra itu.. Hal ini berkaitan dengan semiotika menurut Dick Hartanto (1984:42) yakni bagaimana karya sastra itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.

Dalam perkembangannya semiotik dikembangkan menjadi disiplin ilmu tersendiri. Salah satunya oleh Michael Riffatere. Ia menganggap bahwa puisi berbicara mengenai suatu hal dengan maksud lain, dan yang menentukan makna suatu karya sastra adalah pembaca secara mutlak. Yakni berdasarkan pengalamannya sebagai pembaca. Pembaca haruslah mempergunakan segala kemampuan dan pengetahuannya untuk menentukan apa yang relevan dengan fungsi karya sastra itu. Kajian semiotik Riffatere ini mencoba menemukan makna yang utuh dan menyeluruh dalam sebuah bangunan wacana puisi. Sedangkan menurut Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda disebut semiotika (2009:121).

Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.



Dalam makalah ini, penulis mengambil salah satu puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Cintaku Jauh Di Pulau”yang akan dianlisis secara struktural semiotik.

1.     Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah tentang “Analisis Struktural dan Semiotik Terhadap Puisi Chairil Anwar” adalah untuk:

1.      Untuk mengetahui apa saja hubungan antar tanda, hubungan tanda dengan makna, hubungan tanda dengan penggunanya. yang terdapat dalam “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar.

2.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana unsur-unsur atau aspek-aspek yang terkandung dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau”karya Chairil Anwar.



A.   Pembahasan

1.     Analisis Aspek Sintaksis

Pada puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” sebagaimana bunyinya :

CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,

Gadis manis, sekarang iseng sendiri



Perahu melancar, bulan memancar

Di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar

Angin membantu, laut terang, tapi terasa

Aku tidak’kan sampai padanya



Di air yang tenang, di angin mendayu,

Di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“tujukan perahu ke pangkuanku saja”



Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama’kan merapuh!

Mengapa ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!



Manisku jauh di pulau,

kalau’ku mati, dia mati iseng sendiri

1946

Pada puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” terdiri atas 16 larik, masing-masing larik terdiri atas empat sampai tujuh kata. Dengan melihat jumlah larik dan kata-katanya itu kita dapat mengelompokkannya ke dalam puisi pendek. Pada larik pertama dan kedua menuju larik ke tiga tersebut di pisahkan oleh spasi atau jarak, begitu juga pada larik ketiga sampai keenam menuju larik ketujuh sampai kesepuluh dipisahkan juga oleh spasi atau jarak. 

Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada akhirnya makna puisi.

Bait I “Cintaku Jauh Di Pulau” kekasih tokoh aku (gadis manis) berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis manis sekarang iseng sendiri” artinya sang kekasih tersebut adalah seorang gadis yang manis yang menghabiskan waktu sendirian (iseng) tanpa kehadiran tokoh aku.

Bait II si tokoh aku menempuh perjalanan jauh dengan perahu karena ingin menjumpai atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus dan malam ketika bulan bersinar, namun hati si aku merasa gundah karena rasanya ia tak akan sampai pada kekasihnya.

Bait III menceritakan perasaan si aku yang semakin sedih karena walaupun air terang, angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah memanggilnya (Ajal bertahta sambil berkata : “Tujukan perahu ke pangkuanku saja”).

Bait IV menunjukkan si aku putus asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu yang membawanya akan rusak, namun ternyata kematian menghadang dan mengakhiri hidupnya terlebih dahulu sebelum ia bertemu dengan kekasihnya.

Bait V merupakan kekhawatiran si tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa setelah ia meninggal, kekasihnya itupun akan mati juga dalam penantian yang sia-sia.

Setelah kita menganalisis makna tiap bait, kita pun harus sampai pada makna lambang yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku harus mengarungi lautan yang melambangkan perjuangan. tetapi usahanya tidak berhasil karena kematian telah menjemputnya sebelum ia meraih cita-citanya.


2.     Analisis Aspek Semantik

Adapun isotopi-isotopi pada puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” sebagai berikut :

-          Isotopi perasaan

a)      Cintaku

b)      Manisku

c)      Di air yang tenang

d)     Di angin mendayu

e)      Memanggil

f)       Berpeluk

g)      Amboi

-          Isotopi benda

a)      Perahu

b)      Angin

c)      Air

d)     Pulau

e)      Jalan

-          Isotopi sifat

a)      Cinta

b)      Manis

c)      Merapuh

d)     Bulan memancar

e)      Laut terang

f)       Angin membantu

-          Isotopi usaha

a)      Melaju

b)      Mendayu

c)      Ku tempuh

Dalam puisi ini juga menggunakan citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam “Perahu melancar, bulan memancar,”. Citraan yang digunakan adalah citraan penglihatan karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan dalam:

“ Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tunjukan perahu ke pangkuanku saja,”


Mengapa ajal memanggil dulu


Dalam puisi “Cintaku jauh di pulau” juga menggunakan bahasa sajak. Bahasa sajak yang digunakan adalah:

1. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

Di air yang tenang, di angin mendayu,

Mengapa Ajal memanggil dulu



2. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan.

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama 'kan merapuh!

kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.



3.     Analisis Aspek Pragmatik

Bahwa dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” terdapat dua subjek yaitu aku dan gadis manis.  Pada puisi tersebut juga mempunyai perasaan-perasaan si aku yaitu senang, gelisah, kecewa, dan putus asa. Kecuali itu ada unsur metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur metafisis tersebut berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah dilakukan disertai sarana yang cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun manusia seringkali tak dapat mencapai apa yang diinginkan karena maut telah menghadang lebih dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan bersemangat akan sia-sia belaka.

Bahkan pada larik terakhir pun memberikan bagi para pembaca dengan pertanyaan, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. Meskipun penyair tidak memberikan symbol bertanya tapi penyair memberikan tanda lewat kata “kalau”.

Dari analisis sintaksis didapat kata penegasan, kemudian dari aspek semantik tema puisi yaitu cintaku jauh di pulau yang merupakan penafsiran cintanya aku yang sudah lama tidak bertemu dan setibanya di pulau tersebut ternyata gadis manis sudah tiada. Dan aspek pragmatic atau pengujaran tampak penutur aku nya merasakan rintihan dan kekecawaan yang sangat besar.


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates