Sabtu, 11 Februari 2012

MAZHAB LINGUISTIK "BAHASA DALAM LANTUNAN NYANYIAN ANAK JALANAN

Mazhab tradisional
Bahasa Dalam Lantunan Nyanyian Anak Jalanan
oleh :
Anita Indriana
(0906606)


Pendahuluan :
Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia, perhatian sebagian warga masyarakat terhadap kehidupan anak-anak makin meningkat. Hal ini didorong oleh rasa kemanusiaan dan kondisi anak yang makin terpuruk. Kini, sosok anak-anak di Indonesia tampil dalam kehidupan yang kian tak menggembirakan. Hal itu tampak dari kian meningkatnya jumlah anak jalanan. Kondisi anak-anak yang kian terpuruk hanya teramati dari tampilan fisiknya saja. Padahal di balik tampilan fisik itu ada kondisi yang memprihatinkan, bahkan kadang-kadang lebih dahsyat. Kondisi ini disebabkan oleh makin rumitnya krisis di Indonesia : krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya. Konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the Rights of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres nomor 36 tahun 1990, menyatakan, bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak, maka mereka memerlukan perhatian dan perlindungan.
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak. Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.


Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Adapun ciri-ciri fisik dan ciri psikis anak jalanan
CIRI FISIK
CIRI PSIKIS
Warna kulit kusam
Mobilitas tinggi
Rambut kemerah-merahan
Acuh tak acuh
Kebanyakan berbadan kurus
Penuh curiga
Pakaian tak terurus
Sangat sensitif

Berwatak keras
Kreatif
Semangat hidup tinggi
Berani menanggung resiko
mandiri
Sumber : Dwiastuti, 2005:21


Chomsky sering mendeskripsikan hakikat manusia dalam kajiannya. Satu hal yang ditekankannya ialah bahwa bahasa itu menggunakan structure-dependent operactions (operasi kebergantungan struktur). Operasi kebergantungan struktur yang dimaksud ialah komposisi dan produksi tuturan tidak hanya menguntai urutan kata-kata. Setiap kalimat memiliki struktur internal yang tak terdengar (onaudibel) yang harus dimengerti oleh pendengar.
Bahasa dalam kehidupan bahasa jalanan adalah salah satu masalah yang diangkat pada kali ini. Karena masalah tersebut menjadi masalah tekanan psikologi anak jalanan dibawah umur. Bahasa anak-anak dibawah umur di dalam lingkungan keluarga pasti akan terlihat bagaimana bahasa anak-anak selayaknya berbahasa disesuaikan dengan umurnya. Tetapi dalam lingkungan anak jalanan berbeda karena anak jalanan dibawah umur selalu bergaul atau sekadar meniru cara bahasa anak jalanan dewasa, yang bahasanya tidak layak bagi dibawah umur. Dan bahasa yang digunakan anak jalanan biasanya bahasa prokem atau bahasa preman, tetapi bisa juga bahasa yang tabu atau kotor. Akantetapi tidak seluruhnya anak jalanan menggunakan bahasa tabu atau kotor, melainkan ada beberapa anak jalanan yang memiliki tata cara sopan santun terhadap yang tua dan juga bersekolah. Banyak dalam masyarakat yang memandang anak jalanan itu menyepelekan status anak jalanan tersebut dan berpikir kalau anak jalanan tersebut tidak sekolah. Padahal banyak dan masih ada anak jalanan bersekolah.

Metodologi Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi bahasa dalam lantunan nyanyian anak jalanan dibawah umur, penyebab anak jalanan selalu mengambil lagu dewasa dan tidak mengambil lagu sesuai usianya.
            1. observasi
                        Penelitian ini dilakukan dengan cara memanggil salah satu anak jalan yang sedang duduk sendiri disamping tiang listrik, dan peneliti meminta objek untuk menyanyikan beberapa lagu lalu tiba-tiba datang segerombolan anak jalanan dan mengikuti anak jalanan yang menjadi objek pertama. Dan mereka pun bernyanyi dengan beberapa lagu yang tidak sesuai dengan usianya sendiri.
            2. wawancara
                        Setelah pengamatan yang dilakukan peneliti, maka peneliti bertanya atau mewawancarai kepada anak jalanan yang dijadikan objek penelitian. Wawancara ini bersifat santai, artinya wawancara ini dilakukan formal  yakni dengan pertanyaan yang ringan. Sehingga tidak menyadari bahwa objeksedang diteliti. Agar pemeroleh bahasa dalam lantunan nyanyian secara natural
            3. studi pustaka
                        Untuk mendukung penelitian ini, peneliti melakukan studi pustaka atau mencari dan mengambil data dari beberapa buku yang menunjang.

HASIL PEMBAHASAN
            Dibawah berikut ini akan dijelaskan dan diuraikan temuan-temuan dari seluruh pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap penelitian bahasa dalam lantunan anak jalanan dibawah umur.
            Setelah peneliti melakukan observasi atau pengamatan, dan wawancara. Peneliti berhasil mendapatkan data-data yang relevan dalam penelitian ini. Anak jalanan dibawah umur ini yang menjadi objek penelitian itu bernama Cici kelas 6 SD, Nanda kelas 1 SMP, Neng kelas 1 SMP, Riki kelas 4 SD, Adi kelas 1 SMP.
            Data yang peneliti dapatkan adalah sebagian beberapa lagu dari tiga lagu yang diminta. Dari lirik lagu yang dinyanyikan oleh anak jalanan tersebut kebanyakan tentang percintaan dan lagu-lagu band yang sekarang sedang tenar, seperti halnya lagu Anak Jalanan yang diciptakan oleh band Punk, lagu Aku Bukan Bang Toyib yang diciptakan dan dinyanyikan oleh band Wali. Dibawah ini merupakan lirik lagu Anak Jalanan;
Aku yang dulu
Bukan aku yang sekarang
Dulu disayang
Sekarang dibentak
Dulu, dulu, dulu ku pendiam
Sekarang hancur berantakan
Ku punya pacar anaknya orang kaya
Dulu setia sekarang dia pendusta
Dia orang kaya
Ku orang ga punya
Tapi cinta ku yang paling setia
Reff: hidup ku hanyalah sebatas pengamen
       Pulang malam selalu bawa recehan
     Badanku, badanku yang penuh tinta
    Tinta yang berwarna-warna




Dari salah satu lagu yang dinyanyikan oleh anak jalanan dibawah umur tidak terjadi masalah, akan tetapi ada beberapa nada suara salah satu dari anak jalanan tersebut yang ingin samakan suaranya seperti penyanyi yang asli seperti pada lirik hidup ku hanyalah sebatas pengamen…….. pada objek yang lain bernada tinggi tetapi jelas akan tetapi objek bernama Adi menyanyikan lirik tersebut dengan suara tinggi dan memaksakan tinggi padahal dia tidak kuat tinggi, karena alasannya karena “penyanyi yang aslinya kaya gitu”.



0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates