KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Curug Santri di Kabupaten Karawang : Analisis struktur, Konteks Penceritaan, Fungsi Sosial”. Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan yang akan diberikan oleh Yang Maha Memudahkan.
Makalah ini adalah proses pembelajaran seorang peneliti dalam menekuni dunia budaya. Di sinilah peneliti terjun langsung ke dalam masyarakat, untuk lebih mengetahui bagaimana kebudayaan itu tetap dilestarikan sebagai sebuah kekayaan daerah. Dari penelitian inilah peneliti banyak mendapatkan pengalaman dengan kisah-kisah yang sangat berharga, mendapat segudang ilmu, mendapatkan banyak pelajaran bagaimana menjadi seorang peneliti. Mengetahui sebuah budaya yang masih belum tersentuh oleh masyarakat modern saat ini.
Akhirnya, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen kami, bapak, DRS. MEMEN DURACHMAN, M. HUM. atas segala bimbingan dan waktu yang telah beliau berikan. Dan terima kasih kepada seluruh memberikan bantuan, bimbingan, arahan, dorongan baik material maupun spiritual sehingga penelitian dan karya ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Mudah-mudahan ilmu yang beliau ajarkan akan menjadi berkah dan pedoman dimasa depan.
Bandung, 20 November 2010
penulis
Daftar isi
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..2
PENDAHULUAN……………………………………………………………..3
LATAR BELAKANG…………………………………………………………3
RUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN MANFAAT……………………...4-5
PEMBAHASAN………………………………………………………….......6-9
DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA……………………………….10
SIMPULAN………………………………………………………………….11
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………..12-13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan sastra lisan sangat penting dalam kehidupan sastra secara umum, bahkan keberadaanya merupakan bagian yang tak terlepas dari masyarakat karena sastra lisan hidup berdampingan dengan kehidupan masyarakat. Sastra lisan sebagai salah satu kebudayaan perlu diselamatkan keberadaannya, sastra lisan tidak hanya berisi cerita rakyat, mite, legenda, seperti yang umumnya diduga tetapi juga mempunyai relevansi dengan hal lain yang menyangkut sistem kognitif kebudayaan (Tol dan Pundentia dalam Adiwimarta dkk, 1997:333).
Menurut Hutomo sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan turun-temurunkan secara lisan atau dari mulut kemulut (1991:1). Adapun pendapat dari Sastrowardoyo dkk menyebutkan bahwa sastra lisan berarti pengucapan yang langsung dan sertamerta dari jiwa rakyat biasa yang merupakan lapisan bawah masyarakat, karena itu persamaan dalam tema dan gaya dapat ditemukan di antara sastra lisan yang berasal dari daerah yang berlainan (1983:3).
Penyebaran sastra lisan pun berangsur-angsur hilang dari masyarakat, itu terjadi karena minat masyarakat yang kurang terhadap nilai karya sastra khususnya sastra lisan. Apalagi generasi-generasi sekarang yang tidak peduli dengan kekayaan budaya daerahnya sendiri. Sehingga cerita lisan yang berkembang tidak dapat dibanggakan sebagai salah satu kekayaan budaya khususnya sastra. Sastra lisan akan tetap hidup apabila masyarakat pemiliknya dapat memelihara cerita-cerita tersebut dengan jalan mewariskan kepada turun-temurunnya, atau menceritakan kepada siapa saja yang ingin mengetahui cerita itu hanya beberapa saja yang masih memeliharanya, dan selebihnya kurang peduli dengan baik, malah sebaliknya sastra lisan mengalami sedikit kemunduran dan akhirnya berangsur-angsur hilang dari masyarakat.
Cerita lisan banyak tersebar di seluruh kawasan nusantara, salah satunya adalah cerita curug santri yaitu cerita rakyat yang berkembang di daerah Kabupaten Karawang Jawa barat. Pada zaman Kerajaan Padjadjaran yang dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja, Karawang merupakan salah satu daerah kekuasaan dari Pajajaran. Daerah ini merupakan kota Pelabuhan di tepi Sungai Citarum. Penyebutaan Karawang berasal dari kata ‘Karawaan’ yang mengandung arti bahwa daerah ini banyak terdapat rawa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, Rawa Gabus, Rawa Monyet, dan Rawa Merta.
Penduduk Karawang semula beragama Hindu. Semenjak takluk dan berada di bawah Kesultanan Banten, masyarakat Karawang berpindah keyakinan ke Agama Islam. Hal ini terjadi setelah Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, yang terkenal dengan sebutan “Syekh Quro”, datang dan menetap di Karawang untuk mengajarkan agama Islam dan membaca Al-Qur’an. Karawang menjadi daerah berpemerintahan sendiri, direbut oleh Kesultanan Mataram, di bawah pimpinan Wiraperbangsa dari Sumedang Larang tahun 1632. Kesuksesannya adalah menempatkan dirinya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20.
Karawang menjadi kabupaten dengan bupati pertama Raden Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupati yang memerintah Kabupaten Karawang berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta (1677-1721), R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II (1721-1731)), R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III (1731-1752)), R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV (1752-1786)). Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada VOC sampai datangnya kekuasaan Inggris ( 1811-1816).
Kabupaten Karawang dihapuskan dan baru dihidupkan kembali sekitar tahun 1820 dan Bupati pertamanya R.A.A. Surianata. Sejarah kedudukan Ibukota Kabupaten Karawang dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Karawang selama 166 tahun, yakni dari tahun 1653-1819;
2. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Wanayasa selama 10 tahun, yakni dari sekitar tahun 1820-1830; dan
3. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Purwakarta selama 119 tahun, yakni dari tahun 1830-1949.
1. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Karawang selama 166 tahun, yakni dari tahun 1653-1819;
2. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Wanayasa selama 10 tahun, yakni dari sekitar tahun 1820-1830; dan
3. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Purwakarta selama 119 tahun, yakni dari tahun 1830-1949.
Melalui keputusan Wali Negara Pasundan Nomor 12 pada tanggal 29 Januari 1949, Kabupaten Karawang dipecah menjadi 2, yaitu Karawang Barat dengan Ibu Kota Karawang dan Karawang Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan Ibukota di Subang. Dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten di lingkungan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang secara resmi dinyatakan sebagai Kabupaten yang berdiri sendiri dengan Ibukota di Karawang.
Curug santri termasuk dalam genre sastra lisan yang berupa legenda. Legenda sendiri mengisahkan tentang cerita yang mempunyai ciri-ciri mirip tentang mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci (Bascom dalam Hutomo, 1965:64). Lebih lanjut Surtato menjelaskan bahwa legenda juga berarti cerita rakyat dalam prosa, yang seperti halnya mite, dianggap benar-benar terjadi baik oleh pencerita maupun pendengarnya, tetapi waktu kejadiannya dalam zaman yang lebih muda, ketika dunia sudah seperti sekarang ini legenda dapat bersifat sekuler atau suci dan tokoh-tokoh utamanya adalah manusia (1991:13).
Para pelaku legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat masa lalu (Rusyana, 2000:39). Sebegai genre dari folklor lisan, sangat dipastikan bahwa legenda-legenda yang ada di seluruh nusantara pada umumnya mempunyai banyak nilai-nilai moralitas dan nilai-nilai luhur bagi sebuah bangsa. Mengingat betapa pentingnya nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang terkandung dalam sebuah sastra lisan khususnya legenda mengenai cerita rakyat Curug Santri, maka pengkajian terhadap penelitian tersebut harus lebih dipertajam lagi sehingga dihasilkan analisis yang lebih kongkreat dan spesifik mengenai legenda ini. Selain itu, kita harus bisa melestarikan kekayaan daerah sebagai aset yang harus dipertahankan.
Cakupan dari pembahasan penelitian ini memaparkan tentang, yaitu
a. Struktur legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
b. Proses penciptaan legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
c. Konteks penuturan legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
d. Fungsi legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
e. Makna yang terkandung dalam legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
1.2 Rumusan Masalah
Seperti yang akan dipaparkan dalam makalah ini, dari hasil penelitian cerita rakyat yang berjudul curug santri di daerah pangkalan kabupaten karawang, Maka timbullah pertanyaan :
a. Bagaimana struktur legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
b. Bagaimana proses penciptaan legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
c. Bagaimana konteks penuturan legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
d. Apa fungsi legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
e. Makna apa yang terkandung dalam legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah-masalah yang diungkapkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaimana struktur legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
b. Mengetahui bagaimana proses penciptaan legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
c. Mengetahui bagaimana konteks penuturan legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
d. Mengetahui apa fungsi legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
e. Mengetahui makna apa yang terkandung dalam legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang akademik juga sebagai upaya dalam melestarikan kebudayaan daerah, dapat memberikan dokumentasi penting bagi sastra lisan yang sampai saat ini masih tersebar dalam lingkungan masyarakat.
1.5 Prosedur Penelitian
Tahap pertama adalah menntukan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di daerah Kabupaten karawang, terutama di wilayah pangkalan karawang.
Setelah lokasi dapat kita tentukan beralih pada tahap kedua yaitu mengumpulkan data. Setelah itu, wawancara dilakukan bersifat tidak terarah, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada informan untuk menyampaikan informasi dengan jelas. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam yang telah dipersiapkan sebelum pelaksanaan wawancara dimulai. Informan diambil gambar (foto) untuk dokumentasi. Setiap wawancara diamati dengan baik. Data tentang nama, umur, tempat tinggal, alamat, pekerjaan, pendidikan dan keterangan mengenai informan dicatat sesuai dengan informasi yang ada.
Tahap ketiga adalah pengolahan data. Data rekaman yang berisi informasi mengenai legenda Curug Santri ditranskripsikan dalam bentuk tulisan. Transkripsi ini dilakukan setelah informan mengenai Curug Santri terkumpul semua, setelah itu baru memulai pemindahan data lisan ke bentuk tulisan. Data asli masih ada yang masih menggunakan bahasa sunda, maka data tersebut diterjemahkan terlebih dulu kedalam bahasa Indonesia.
Tahap keempat melakukan analisis struktur dan analisis konteks pernceritaan. Hal ni berkaitan dengan legenda Curug Santri ditinjau sebgai sastra lisan. Dimulai dari analisis penutur cerita, kesempatan bercerita, analisis tujuan cerita dan kaitan cerita dengan lingkungannya serta situasi penceritaan yang berlangsung.
Kelima melakukan analisis fungsi cerita. Menjelaskan bagaimana fungsi sosial legenda Curug Santri di wilayah pangkalan karawang.
Ketujuh menyimpulkan dari semua analisis yang telah dikaji.
1.6 Sumber Data
Kaset rekaman wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 November 2010 dengan Bapak Sawat Suhendra, seorang guru bahasa Sunda yang tinggal di desa Kertasari Pebayuran Kecamatan Bekasi.
1.7 Definisi Operasional
a. Legenda Curug Santri adalah cerita rakyat Curug Santri yang sudah dikenal sebagai legenda bagi masyarakat di Kabupaten Karawang Jawa Barat.
b. Analisis Struktur adalah analisis rancang bangun teks lisan Curug Santri.
c. Analisis konteks penceritaan adalah analisis terhadap cara penutur dan situasi masyarakat penutur Curug Santri.
d. Analisis Fungsi Sosial adalah analisis fungsi cerita Curug Santri di dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis teks lisan yang sudah menjadi teks tulisan dalam legenda Curug Santri di Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi. Jenis dongeng yang dianalisis merupakan legenda yang menggunakan bahasa sunda. Peneliti memilih teks legenda Curug Santri karena dianggap unik dan menarik untuk dianalisis dari segi struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, dan fungsi cerita.
a) a. Analisis Struktur Teks Dongeng Uwa Bango
Teks legenda Curug Santri yang dianalisis merupakan teks dongeng yang digunakan pada saat melakukan suatu kegiatan dengan tujuan agar pendengar atau penikmat tertidur (anak-anak). Berikut ini teks legenda Curug Santri:
Carita Curug santri nu aya di daerah kabupaten karawang. numutkeun carita na nu kieu, naon sababna di ngaranan curug santri? Baheula sawata waktu ka tukang aya lima urang budak pasantren anu meunang pancen ti ulama atau guru ngajina. Nah eta ka lima budak teh meunang tugas neang cai ka gunung, sabab eta teh keur urub pisan ku cai. Puguh we atuh maranehna ngarasa bungah eta budak teh, budak santri teh, sabab memang eta pisan pancen anu di dagoan nyaeta neang cai bade sakalian neang sirana eta cai anu waktu harita can ka nyahoan ku saha-saha.
Kekayaan harita teh dilingkungan pasantren eta keur usum panas jadi susah cai atau usum ngalodor istilahna ganggangran. terus Salila ti jalan santrina anu limaan teh teu loba nu pigawe jeung ti teangan manehna jonjon mapai-mapai hiji walungan anu reresaat. Nah saenggeus aya sajamna manehna leumpang ka denge ku manehna teh tah ku limaan teh aya suaraan anu ngaguruh puguh we bikin nambahan ka panasarana ka lima orang santri teh, nah tina kapanasaran eta manehna laleumpang kupi semangat sok sanajan jalanna harese. Nah saenggeus, dua parapat jam leumpang mararenah ajuk ka hiji tempat anu matak tepi patalen pisan. si horeng eta teh nya, eta tempat teh aya hiji curug anu kacida luhur na cai na nyurug ka rasa hawa na matak seger kana awak, ka lima santri teh kacida ngarasa bungahna sabab geus ngalaksana manggihan sira cai anu salila ieu jadi tanda tanya. Saenggeus kitu terus manehna balik deui ka pasantren bari mawa hate anu bungahna. Nah harita teh kan pasantren di daerah eta teh kacida loba santrina. Saterusna mah jadi sumubar yen sabenarna walungan anu cai na sok di pake sapopoe mandi teh asalna ti hiji curug, anu luhur jeung sakurilingna matak pika betaheun. Ti harita eta curug teh katelah curug santri ti ngaran kitu sok teh sabab kapanggihna eta curug ku lima budak santri tea. Sahingga pika ayeuna eta curug teh disebutna curug santri.
Nah, dua puluh tahun ti saparaka panggihna eta curug, yeh curug teh geus ka koncara ka sakuriah madhab jadi ka unggal tempat boh ka daerah karawang sorangan, ka daerah bekasi, ka daerah cikampek atau daerah-daerah pasisian sajenna nu teu jauh di daerah karawang. Nu daratang eta tempat teu sirikna paheula-heula jadi masing-masing hayang nyaho ka ayaan anu sabenarna eta curug santri, rupa-rupa polah lah ngarana pangunjung anu datang ka eta tempat aya anu sorangan, aya oge datang rombongan, teu saeutik anu datang teh eta tempat teh mawa sapeda, eh, mawa sapeda teh maksudna kandaraan aya anu mawa motor, malahan oge aya mawa mobil sagala. Nah dina poe minggu parapangunjung teh meuni nungkeui istilahna rame anu daradatang ka eta tempat. Nah poe eta halal mun di taliti hiji-hiji anu daradatang teh ka loba na budak sarakola, jadi maneh na nu gunakeun waktu anu sal teh di pake ulin ka eta curug. Komo dina lebaran mah nya ieuh curug leuwih rame tina poe-poe biasa sabab dina poe lebaran mah para pangunjung lain ngarantus deui bahkan aya mangribu-ribuna. Nah sigana kankoncarana curug teh beuki sumubar buktina saenggeus di pariksa tina presentasi pengunjung anu datang tiap bulan teh sabarapakalilipet di taun ka taun. Iyeu hal ngabuktikeun yen kumaha endah na?
Kumaha matak pika beutaheunana eta curug anu baheulana can boga ngaran tapi sapakapanggih ku lima orang santri ti pasantren di daerah pangkalan kabupaten karawang eta di ngaranan “curug santri”. Ieu mangrupa hiji barokah boh ayeuna peteupatan anu jadi hiji carita legenda asal muasal terjadi di suatu tempat. Nah carita curug santri ieu kaleubeut kana dongeng legenda atau asal muasal hiji tempat.
teks yang sudah di terjemahkan
Cerita air terjun santri yang ada di daerah karawang. Mengingatkan ceritanya begini, apa sebabnya di namakan air terjun santri? Pada zaman dahulu ada lima orang pesantren yang mendapatkan tugas dari ulama atau guru ngaji nya. Kemudian kelima anak tersebut mencari air ke gunung, sebab dulu itu keracunan banget oleh air. Jelas saja mereka merasa bahagia anak itu, anak santri itu, sebab memang itu yang sangat ditunggu-tunggu yaitu mencari air untuk sekalian mencari sirana yang waktu itu belum diketahui oleh siapa-siapa.
Kekayaan dulu itu di lingkungan pesantren itu lagi musim panas jadi susah air atau musim kekeringan istilahnya musim kemarau. Terus selama di jalan santrinya yang lima itu tidak banyakyang dikerjakan dan tidak dicari oleh mereka dengan santai menelusuri di suatu sungai yang masih ada airnya. Nah sesudah ada sejam lamanya mereka jalan, terdengar oleh mereka yang berlima itu, ada suara yang bergemuruh jelas saja membuat penasaran kelima santri itu, nah dari kepenasaran itu mereka jalan dengan semangat walaupun jalannya susah. Nah sesudah itu, sekitar setengah mereka berjalan ke satu tempat yang waktu sampai patalen sekali. Ternyata tempat itu satu air terjun yang sangat tinggi sekali airnya yang terjun kebawah, rasanya sangat segar terkena badan, kelima santri itu merasa sangat senang karena sudah melaksanakan menemukan sumber air yang selama ini jadi tanda tanya. Sesudah itu terus mereka balik lagi kepesantren sambil membawa hati yang sangat senang. Nah waktu itu pesantren didaerah itu sangat banyak santrinya. Seterusnya jadi tersebar bahwa sebenarnya sungai yang iarnya suka di pakai untuk sehari-hari mandi itu asalnya dari satu air terjun, yang tinggi dan sekitarnya sangat menyenangkan sekali. Dari waktu itu air tejun terkenal air terjun santri dari namanya, karena sebab ketemunya air terjun oleh lima anak santri itu. Sehingga sampai sekarang itu air terjun disebutnya air terjun santri.
Nah dua puluh tahun dari waktu ketemunya itu air terjun, air terjun itu sudah tersebar ke semua tempat, yang menjadi tiap tempatnya ke daerah karawang itu sendir, ke daerah bekasi, ke daerah cikampek atau daerah-daerah pesisir yang lainnya tidak jauh di daerah karawang. Yang datang ketempat itu pasti berlomba-lomba yang masing-masingnya yang mau tahu keadaan yang sebenarnya air terjun santri itu, rupa-rupa tingkah dari pengunjung yang datang ke tempat itu ada yang sendirian, ada juga datang rombongan, tidak sedikit yang datang tempat itu bawa sepeda, eh yang bawa sepeda itu maksudnya kendaraan yang bawa motor, malahan juga ada yang bawa mobil segala. Nah di hari minggu, para pengunjung itu sangat ramai yang datang ketempat itu. Nah hari itu halal kalau di teliti satu-satu yang pada datang kelomba anak sekolah, jadi mereka yang menggunakan waktu yang santai main ke air terjun itu. Apalagi kalau lebaran itu, air terjun lebih ramai dari hari-hari biasa sebab di hari lebaran para pengunjung bukan ratusan lagi bahkan ada beribu-ribunya. Nah sepertinya ceritanya air terjun itu sangat mneyebar buktinya sesudah di periksan dari presentasi pengunjung yang datang tiap bulan itu beberapa kali lipat di tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa bagaimana indahnya?
Bagaimana sangat menyenangkan air terjun itu yang dulunya belum punya nama tapi setelah ditemukan oleh lima orang santri di daerahpangkalan kabupaten karawang itu dinamakan air terjun santri. Ini merupakan satu berkah yang sekarang jadi tempat yang jadi satu cerita legenda asal mulanya terjadi di suatu tempat. Nah cerita air terjun santri ini termasuknya dongeng legenda atau asal usul suatu tempat.
BAB III
ANALISIS
3.1 analisis alur
Pengertian alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat di wujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Atau alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian menurut Panuti Sudjiman dalam bukunya Kamus istilah Sastra.
Untuk mendeskripsikan alur legenda Curug Santri terlebih dahulu disajikan fungsi-fungsi utamanya atau hubungan kausalnya. Secara rinci fungsi-fungsi utamanya sebagai berikut.
1. Keadaan daerah pangkalan yang terkena musim kekeringan
2. perintah guru kepada kelima santri untuk mencari curug.
3. Tindakan kelima santri mencari curug
4. Tindakan kelima santri saat perjalanan di hutan
5. Tindakan kelima santri saat menemukan curug
Keadaan daerah tersebut salah satunya yaitu daerah pangkalan yang sedang dilanda musim kekeringan tidak ada salah satu air yang mucul (f.1). dan pimpinan dipesantren tersebut memerintahkan kepada kelima santri untuk mencari curug (f.2).
Kelima santri tersebut melaksanakan perintah guru tersebut untuk mencari curug (f.3). Saat itu pun kelima santri menelusuri hutan dalam pencarian curug didaerah tersebut(f.4). Akhirnya kelima santri tersebut mendapatkan curug dan dinamakan curug santri (f.5).
3.2 analisis tokoh
Dalam legenda Curug Santri ini ada dua orang. Pertama, kelima santri sebagai tokoh utama dalam legenda curug santri ini. Sudah dijelaskan dalam legenda curug santri sering disebut-sebut namanya sebagai penegas (menemukan curug santri tersebut).
Kedua, tokoh guru. Jadi tokoh kelima santri dan guru termasuk tokoh individual. Tokoh guru di gambarkan tokoh yang mempunyai sifat kepimpinan sebagaimana pemimpin pada umumnya yang mempunyai wewenang perintah kepada murid-muridnya. Dalam legenda Curug Santri tidak dijelaskan akan sifat tokoh guru tersebut tetapi peneliti memberi pengertian guru pada umumnya. Adapun terlihat dari beberapa kalimat anu meunang pancen ti ulama atau guru ngajina.
Tokoh kedua dalam cerita Curug Santri yaitu kelima orang santri, kelima orang santri digambarkan tokoh yang mempunyai sifat yang patuh kepada guru, shaleh dan sebagainya. Adapun kalimatnya
lima orang pesantren yang mendapatkan tugas dari ulama atau guru ngaji nya,
ka lima santri teh kacida ngarasa bungahna sabab geus ngalaksana manggihan sira cai
3.3 analisi latar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian latar merupakan permukaan, halaman, keterangan mengenai waktu, ruang suasana terjadinya lakuan di karya sastra.
Didalam cerita curug santri berlatar atau tempat di pesantren akan tetapi tidak di sebutkan nama pesantrennya, lalu di ceritaka lima orang santri untuk mencari curug atau dalam bahasa indonesianya air terjun maka ketemulah dalam sebuah hutan, lalu mereka pun sampai di air terjun.
3.4 Analisis Proses Penciptaan Teks legenda Curug Santri
Pertama penutur agak bingung untuk memberikan cerita apa yang akan di tuturan kepada peneliti. Namun, akhirnya penutur memberikan cerita legenda Curug Santri. Seketika penutur akan menceritakannya penutur berkata kalau penutur tersebut agak tidak ingat karena beliau tidak terlalu sering mendengarkan cerita tersebut alasanya cerita tersebut penutur dapat dari teman penuturnya. Dan akhirnya penutur pun memulainya dengan kalimat “hiji kana carita Curug Santri teh…” maksudnya suatu hari cerita Curug Santri tersebut..” penutur terlihat agak bingung dan gugup karena tekut salah mentuturkannya. Gaya penutur pada saat menceritakanya dengan ekpresi wajah yang gugup, senang, serius, dan tegang.
3.5 Analisis Konteks Penuturan Teks Dongeng Uwa Bango
Kata-kata di dalam sebuah dialog atau percakapan bisa dipahami apabila dikaitkan dengan konteks, konteks dibagi menjadi dua yang pertama yaitu konteks situasi, seperti waktu, tujuan, peralatan, dan teknik penuturan dan konteks yang kedua yaitu konteks budaya, seperti lokasi, penutur, kondisi sosial ekonomi, dan latar sosial budaya. Untuk memahami kata-kata dalam sebuah dialog atau percakapan perlu adanya pemahaman konteks situasi dan konteks budaya. Konteks tersebut sebagai berikut.
· Konteks situasi
a. Waktu
Penutur menuturkan legenda Curug Santri yaitu pada pukul 10:40 WIB atau setelah selesai rapat di sekolah yang kerja penutur sebagai seorang guru bahasa sunda.
b. Tujuan
Penutur menututrkan legenda Curug Santri untuk memberikan kebudayaan yang ada di daerah karawang sebagai rasa bangga dan senang. Dan menjadi sebuah cerita yang bisa untuk diceritakan kepada semua kalangan usia.
c. Peralatan
Penutur hanya menggunakan peralatan pada saat menuturkan legenda Curug Santri yaitu dengan sebuah bolpoint yang dimainkan dengan berputar-putar agar tidak terlalu keliatan gugup.
d. Teknik penutur
Teknik penutur kepada peneliti dengan menggunakan bahasa sunda karawang. Karena ada setiap kalimat berbahasa Indonesia alasnya karena penutur mengetahui kalau peneliti tidak terlalu paham bahasa sunda karawang.
· Konteks Budaya
a. Lokasi
Penutur menuturkan legenda Curug Santri di ruang sekolah SMPN 01 Pebayuran Kecamatan Kertasari Pebayuran.
b. Penutur
Nama : pak sawat suhendra
Tanggal lahir/umur : 1 Februari 1970/40 tahun
Pendidikan : Pegawai Negeri Sipil di SMPN 01 PEBAYURAN, Bekasi
Alamat : Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
Hubungan peneliti : guru bahasa sunda sewaktu sekolah di SMP 01 PEBAYURAN, Bekasi
Sumber tuturan/transmisi : dari cerita teman kuliahnya untuk mengetahuinya saja atau memberitahukan informasi
c. Kondisi sosial ekonomi
Penutur menuturkan bahwa kebanyakan di daerah tersebut merupakan daerah persawahan jadi warga didaerah tersebut pada umumnya memiliki penghasilan yang agraris.
3.6 analisis Fungsi Teks Legenda Curug Santri
Legenda Curug Santri ini memiliki dua fungsi. dua fungsi tersebut secara rinci sebagai berikut.
Fungsi pertama yaitu seseorang harus melaksanakan apabila kita mendapatkan amanat harus menjalankannya.
Fungsi yang kedua yaitu apabila mendapatkan sesuatu yang diamanatkan kita akan merasakan senang apa lagi akan bermanfaat untuk semua orang.
3.7 analisis Makna Teks Legenda Curug Santri
Legenda Curug Santri menyampaikan makna sebagai berikut. Sesuatu pekerjaan apabila kita mendapatkan amanat dari seorang guru atau orang tua kita harus melakukannya sampai selesai. Siapa tahu dalam melaksanakannya dapatkan fungsi bermanfaat pada diri kita maupun orang lain. Dan akan merasakan sangat apabila kita mendapatkan sesuatu untuk daerah kita.
BAB III
SIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan dalam makalah yang ditulis ini ialah asal mulanya cerita rakyat yang berjudul curug santri yang terjadi di daerah pangkalan kabupaten karawang yaitu ada lima orang anak santri di pesantren daerah pangkalan tersebut, lalu anak lima orang itu dapat perintah dari guru pesantren untuk mencari sungai karena pada di daerah sekitar pesantrennya lagi musim kering alias musim tidak ada air, lalu lima orang santri itu melakukan perjalan untuk mencari sungai dengan santainya dari mereka tidak kerja apapun. Akan tetapi mereka mendengar suara yang gumuruh, dengan kedatangan suara gemuruh tersebut mereka tambah semangat ingin mengetahui dri mana asal suara tersebut?
Ketika sampai disuatu tempat mereka menemukan sungai dan dengan senang dan kembali ke pesantren mereka lalu memberitahukan kepada gurunya, lalu mereka memberi petunjuk dimana sungai yang mereka temukan. Setelah itu sungai tersebut menjadi banyak pembicara dari penduduk. Dan penduduk datang berbondong-bondong untuk melihat sungai tersebut. Dan warga disana sepakat kalau sungai itu bernama sungai santri karena di temukan oleh lima orang anak santri di pesantren daerah pangkalan kabupeten karawang.
Lampiran 2 biodata responden:
v Data informan
Nama : pak sawat suhendra
Tanggal lahir/umur : 1 Februari 1970/40 tahun
Pendidikan : Pegawai Negeri Sipil di SMPN 01 PEBAYURAN, Bekasi
Alamat : Desa kertasari RT 04 RW 02 kecamatan kabupaten Bekasi
Hubungan peneliti : guru bahasa sunda sewaktu sekolah di SMP 01 PEBAYURAN, Bekasi
Sumber tuturan : anu pikeun ieu carita sim kuring sawat suhendra, lahir di karawang kaping hiji pebruari 1970, pancen gawe selaku PNS (pegawai negri sipil), mancen tugas ayeuna di daerah bekasi tempatna di SMPN 01 pebayuran kabupaten bekasi, transpandudukan didesa kertasari RT 04 RW 02 kacamatan kabupaten bekasi, sok sanajan ayeuna matuh di bekasi tapi sim kuring salaku orang karawang sok nyentenan kana kameungkaran-kameungkaran carita boh dongeng boh sasagala atau carita-carita sejena anu aya di daerah karawang tadi tea, orang karawang pika deudeuh hal-hal anu aya pakuat pakina suatu karawang.
(yang mencerita ini saya Sawat Suhendra, lahir di karawang tanggal 1 februari 1970, bekerja sebagai PNS (pegawai negri sipil), tugasnya sekarang di daerah Bekasi tempatnya di SMPN 01 Pebayuran kabupaten Bekasi, trans kependudukan di desa Kertasari RT 04 RW 02 kacamatan kabupaten Bekasi, walaupun sekarang tetap di Bekasi tapi saya sebagai orang karawang suka pada perkembangan-perkembangan cerita atau dongeng atau sasagala atau cerita-cerita lainnya yang ada didaerah Karawang itu, orang karawang pika deudeuh hal-hal yang ada saling keterkaitan suatu karawang).
Data perekaman
1 Waktu
Tanggal, bulan, tahun : 19 November 2010
jam : pukul 10:15 – 10:50
2 Tempat
Lokasi : Ruang guru di SMPN 01 PEBAYURAN
Kampung : Pebayuran
Desa/kelurahan : Kertasari pebayuran
Kecamatan : Pebayuran
Kabupaten/kota : Bekasi
Propinsi : Bekasi
3 Tujuan penutur : untuk memberitahukan asal mula cerita rakyat yang ada di kabupaten karawang , salah satunya cerita rakyat yang berjudul curug santri
4 Suasana penutur : Semangat dalam menceritakan legenda yang berjudul “Curug Santri”
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke empat. 2008. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Sudjiman, Panuti. 2006. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar